Glitter Text Generator at TextSpace.net

Senin, 18 Mei 2015

Asfiksia Neonatorum



Asfiksia Neonatorum

Asfiksia Neonatorum adalah  keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratu setelah dilahirkan.
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan.

Asfiksia dalam kehamilan
Dalam disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, anemia dan toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan, atau trauma.
Asfiksia gravidarum tidak beitu penting seperti asfiksia yang terjadi sewaktu persalinan, karena tidak dapat dilakukan tindakan untuk menolong janin.

Asfiksia dalam Persalinan
Dapat disebabkan oleh :
1.   Kekurangan O2, misalnya pada :
·         Partus lama (CPD, servik kaku, dan atonia/inersia uteri).
·         Ruptur uteri yang membakat, kontraksi usus yang terus menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
·         Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
·         Prolapsos, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.
·         Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
·         Perdarahan banyak, misalnya plasenta previa dan solusio plasenta.
·         Kalau perdarahan sudah tua dapat terjadi posmaturitas (serotinus), disfungsi uri.
1.      Paralisis pusat pernafasan, akibat trauma dari luar seperti karena tindakan forseps, atau trauma dari dalam seperti akibat obat bius.

            Gambaran Klinis
Ada 2 macam :
1.      Asfiksia livida (biru)
2.      Asfiksia pallida (putih)
PERBEDAAN
ASFIKSIA PALLIDA
ASFIKSIA LIVIIDA
Warna kulit
Tonus otot
Reaksi rangsangan
Bunyi jantung
Prognosis
Pucat
Sudah kurang
Negatif
Tidak teratur
Jelek
Kebiru-biruan
Masih baik
Positif
Masih teratur
Lebih baik







            Patogenesis
·         Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangn terhada N. Vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2  ini terus berlangsung, maka N. Vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari N. Simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya iriguler dan menghilang.
      Tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih cepat dari     160 kali per menit atau kurang dari 100 kali per menit, halus dan iriguler serta adanya pengeluaran mekonium.
·         Kekurangan O2  juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam asfiksia.
o   Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia.
o   Jika DJJ lebih dari 160 kali per menit dan ada mekonium : janin sedang asfiksia.
o   Jika DJJ kurang dari 100 kali per menir dan ada mekonium : janin dalam keadaan gawat.
·         Janin akan melakukan pernafasan intra uterin dan bila kita periksa kemungkinan, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasi, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.

      Diagnosis
In Utero :
1.      DJJ irreguler dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali per menit
2.      Terdapat mekoniun dalam air ketuban (letak kepala)
3.      Analisa air ketuban/amnioskopi
4.      Kardiotokografi
5.      Ultrasonografi

            Setelah bayi lahir
1.      Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernafas.
2.      Kalau sudah mengalami perdarahan diotak maka ada gejala neurologik seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak menangis.

Penanganan
1.      Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain), bersihkan mulut dan jalan nafas.
2.      Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan kedalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga dilakukan mouth to mouth respiration, heart massage (masase jantung), atau menekan dan melepaskan dada bayi.
Pemberian O2 harus hati-hati terutama pada bayi prematur. Bisa menyebabkan lenticular fibrosis oleh pemberian O2 dalam konsentrasi lebih dari 35% dan lebih dari 24 jam, sehingga bayi menjadi buta.
3.      Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat direndahkan, supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.
4.      Pemberian coramine, lobeline sekarang tidak dilakukan lagi.
5.      Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi vit K 1-2 mg.
6.      Berikan tranfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.

Prognosis
Asfiksiab livida lebih baik dari pada asfiksia pallida. Prognosis tergantung pada kekurangan O2  dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus difikirkan kemungkinannya cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang.

Profilaksis
Yang harus diperhatikan :
-          Hindari forsep tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, serta pemberian pituitarin dalam dosis tinggi.
-          Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan O2 dan darah segar.
-          Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan menunggu terlalu lama pada kala II.


            APGAR SCORE
SCORE
0
1
2
A  : Appearence  (color)
       (warna kulit)
Blue pale
Body pink extremites blue
Completely
P  : Pulse (Heart rate)
      (Denyut nadi)
Absent
Below 100
Over 100
G  : Grimace (reflek  irritabillity in response to stimulation of sole of foot)
No response
Grimace
Cry
A : Activity (muscletone)
      (tonus otot)
Limp
Some fleksion of extremities
Active motion
R : Respiration (respiratory
      effect) (pernafasan)
absent
Slow, irregular
Strong cry
Total




Klasifikasi klinik apgar
1.      Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Kerena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per kg berat badan, diberikan via vena umbilikus.
2.      Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi bernafas normal kembali.
3.      Bayi normal atau sedikit  asfiksia (nilai APGAR 7-9)
4.      Bayi normal dengan nilai APGAR 10.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar